Mononukleosis infeksiosa adalah penyakit infeksi akibat virus Epstein-Barr, yang ditandai dengan adanya demam, nyeri tenggorokan, dan pembesaran kelenjar getah bening. Diagnosa ditegakkan berdasarkan pada gejala dan hasil pemeriksaan darah.
Disarankan untuk beristirahat sampai demam, nyeri tenggorokan, dan perasaan sakit hilang. Karena ada resiko ruptur (robek/pecah) limpa, maka penderita tidak boleh mengangkat beban berat dan berolahraga selama 6-8 minggu, meskipun tidak ditemukan adanya pembesaran limpa. Selain itu, dapat diberikan obat penurun panas dan kortikosteroid untuk mengatasi demam dan pembengkakan di saluran napas.
Penyebabnya adalah virus Epstein Barr. Setelah menyusup ke dalam sel-sel di hidung dan tenggorokan, virus ini kemudian menyebar ke limfosit B (sel darah putih yang bertanggung jawab terhadap pembentukan antibodi). Virus Epstein-Barr berhubungan dengan terjadinya limfoma Burkitt, sejenis kanker yang terjadi terutama di Afrika.
Selain itu, virus ini juga berperan dalam terjadinya tumor limfosit B tertentu pada penderita gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya penerima organ cangkokan atau penderita AIDS) dan pada beberapa kanker hidung dan tenggorokan.
Infeksi virus Epstein-Barr sering terjadi dan bisa menyerang anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Sekitar 50% anak-anak di Amerika mengalami infeksi ini sebelum berusia 5 tahun. Tetapi virus ini tidak terlalu menular. Remaja atau orang dewasa muda biasanya mendapatkan infeksi ini melalui ciuman atau hubungan intim lain dengan orang yang terinfeksi.
Pada anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun, infeksi tidak menunjukkan gejala. Pada remaja dan orang dewasa muda, infeksi bisa menimbulkan gejala, bisa juga tidak. Masa inkubasi (masa antara infeksi dan timbulnya gejala) biasanya berlangsung selama 30-50 hari. Empat gejala utamanya adalah:
• Lemah
• Demam
• Nyeri tenggorokan
• Pembengkakan kelenjar getah bening
Tidak semua penderita mengalami keempat gejala tersebut. Biasanya infeksi dimulai dengan perasaan sakit (tidak enak badan) yang berlangsung selama beberapa hari sampai 1 minggu. Kemudian timbul demam, nyeri tenggorokan, dan pembesaran kelenjar getah bening. Biasanya demam dapat mencapai 39.4 derajat Celsius pada sore hari atau awal malam hari.
Tenggorokan bisa terasa sangat sakit dan bisa terbentuk bahan seperti nanah di belakang tenggorokan. Kelenjar getah bening di berbagai tempat bisa membesar, tetapi yang paling sering adalah kelenjar getah bening leher. Kelemahan biasanya timbul pada minggu ke 2-3.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada gejala-gejala yang ada. Tetapi gejala mononukleosis infeksiosa tidak khas, dan bisa menyerupai penyakit infeksi lainnya. Pemeriksaan darah bisa memperkuat diagnosis, yaitu dengan ditemukannya antibodi terhadap virus Epstein-Barr. Tubuh juga biasanya menghasilkan limfosit B baru untuk menggantikan limfosit yang terinfeksi. Limfosit ini memiliki bentuk yang khas yang bisa dilihat melalui mikroskop.
Disarankan untuk beristirahat sampai demam, nyeri tenggorokan, dan perasaan sakit hilang. Karena ada resiko ruptur (robek/pecah) limpa, maka penderita tidak boleh mengangkat beban berat dan berolahraga selama 6-8 minggu, meskipun tidak ditemukan adanya pembesaran limpa.
Obat-obat seperti acetaminophen atau NSAID (misalnya aspirin atau ibuprofen) dapat mengatasi demam dan nyeri yang ada. Namun, aspirin tidak boleh diberikan untuk anak-anak karena beresiko menyebabkan terjadinya sindrom Reye, yang dapat berakibat fatal.
Beberapa komplikasi yang terjadi, misalnya pembengkakan hebat pada jalan napas, dapat diatasi dengan pemberian kortikosteroid. Obat-obat anti-virus yang tersedia saat ini hanya memiliki sedikit efek pada gejala-gejala infeksi mononukleosis dan sebaiknya tidak diberikan.
Komplikasi
Pada lebih dari 50% penderita, terjadi pembesaran limpa. Tetapi biasanya hanya menimbulkan sedikit gejala, tetapi jika terjadi trauma, dapat terjadi ruptur (pecahnya) limpa. Jika hal ini terjadi, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan darurat untuk mengangkat limpa.
Selain itu, hati bisa sedikit membesar. Sakit kuning dan pembengkakan di sekitar mata agak jarang terjadi. Ruam di kulit jarang ditemukan, tetapi pada suatu penelitian, penderita yang mendapatkan ampisilin akan mengalami ruam.
Komplikasi lainnya adalah peradangan otak (ensefalitis), kejang, kelainan saraf, peradangan selaput otak (meningitis), kelainan tingkah laku, dan sumbatan jalan napas akibat pembesaran kelenjar getah bening.
Pencegahan
Seseorang yang terinfeksi mononukleosis dapat menularkan virus jika telah timbul gejala sampai beberapa bulan setelahnya. Lama seseorang dapat menularkan penyakit berbeda-beda. Virus penyebab mononukleosis tetap ada seumur hidup di tubuh penderitanya. Virus ini bisa terdapat di air liur, meskipun penderita telah merasa sehat. Untuk itu hindari mencium atau menggunakan alat-alat bersama orang yang terkena mononukleosis, misalnya minuman yang telah terpapar oleh air liur penderita, sikat gigi, alat makan, atau lipstick.