05 Sep 2018 16:00 WIB
Hati-hati Gejala dan Resiko Depresi Bisa Terjadi Paska Melahirkan
Melahirkan pasti memang merupakan kejadian paling penting dalam kehidupan wanita dan pada sebagian besar kasus, saat ini merupakan saat penuh kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup wanita.
Akan tetapi, walaupun demikian, melahirkan juga dapat membuat seorang wanita mengalami stress emosional, fisik, dan psikologis yang cukup berat. Beberapa di antaranya bahkan mengalami gangguan cemas atau bahkan depresi, segera setelah mereka melahirkan.
Keparahan depresi atau rasa cemas paska melahirkan ini dapat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Keadaan ini biasanya disebut dengan depresi paska melahirkan. Pengobatan segera sangat penting untuk mencegah terjadinya efek jangka panjang. Selain itu, depresi paska melahirkan juga berbeda dengan baby blues, yang merupakan gangguan yang lebih ringan dan lebih sering ditemukan pada wanita yang baru saja melahirkan.
Apa Saja Gejala Depresi Paska Melahirkan?
Seperti halnya gangguan depresi pada umumnya, gejala-gejala depresi paska melahirkan dapat menjadi semakin berat dan dapat berlangsung selama beberapa bulan hingga beberapa tahun. Pada masa ini, ibu yang baru melahirkan mungkin merasa tidak berdaya dan mungkin akan kehilangan sebagian atau seluruh ketertarikannya terhadap bayinya. Pada kasus yang jarang, para wanita ini dapat memiliki keinginan untuk bunuh diri atau melukai bayinya. Oleh karena itu, mendapatkan pertolongan dan pengobatan secepat mungkin sangatlah penting.
Tanda dan gejala depresi paska melahirkan biasanya mulai terlihat dalam setahun pertama paska melahirkan dan dapat dipicu oleh berbagai hal, mulai dari perubahan kadar hormonal did alam tubuh hingga perubahan fisik dan emosional ibu setelah melahirkan. Stress merupakan pemicu utama dari terjadinya depresi paska melahirkan.
Beberapa gejala depresi paska melahirkan yang paling sering ditemukan adalah:
Kemarahan yang tidak terkendali dan terjadi secara mendadak
Terus merasa sedih
Merasa bersalah
Merasa tidak memiliki harapan
Kehilangan minat akan hobi atau bahkan bayinya
Sering menangis
Mudah marah
Terus merasa lelah
Insomnia
Perubahan perilaku yang signifikan
Mengalami gangguan makan
Sangat penting untuk membedakan gejala depresi paska melahirkan dengan baby blues, yang biasanya hanya berlangsung selama 1-2 minggu.
Secara umum, gejala baby blues yang sering ditemukan adalah mood yang berubah-ubah, sering menangis, dan selalu merasa cemas. Perbedaannya dengan depresi paska melahirkan adalah tingkat keparahan gejala.
Gangguan kejiwaan lainnya yang lebih jarang tetapi lebih berat adalah psikosis paska melahirkan. Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah sikap paranoid, tampak bingung, tidak dapat membedakan waktu atau tempat, mengalami delusi, dan bahkan berhalusinasi. Segera hubungi dokter Anda, bila Anda mengalami berbagai gejala di atas atau gejala terus saja memburuk.
Apa Penyebab Utama Depresi Paska Melahirkan?
Penyebab terjadinya depresi paska melahirkan dapat berbeda-beda. Penyebabnya mungkin hanya satu atau kombinasi dari berbagai hal. Perubahan emosional yang dialami oleh sang ibu segera setelah melahirkan seringkali merupakan penyebab utama terjadinya depresi paska melahirkan, di mana ibu selalu kurang tidur dan selalu merasa cemas saat merawat bayinya.
Selain itu, perubahan kadar hormonal selama hamil dan melahirkan juga turut mempengaruhi terjadinya depresi paska melahirkan. Selain hormon seksual, perubahan kadar hormon tiroid juga dapat membuat ibu merasa sangat lelah, depresi, mood berubah-ubah, dan sebagainya.
Baca juga: Pengobatan dan Pencegahan Terjadinya Depresi Paska Melahirkan
Apa Saja yang Dapat Meningkatkan Resiko Terjadinya Depresi Paska Melahirkan?
Walaupun tidak ada cara untuk memprediksi apakah seorang wanita akan mengalami depresi paska melahirkan atau tidak, akan tetapi ada beberapa hal yang diduga dapat meningkatkan resiko terjadinya depresi paska melahirkan.
Jika Anda pernah mengalami gangguan depresi sebelumnya, maka Anda mungkin akan mengalami depresi paska melahirkan. Selain itu, jika Anda memiliki masalah dalam pernikahan Anda (baik masalah kepercayaan, emosional, atau keuangan), maka resiko terjadinya depresi paska melahirkan juga akan lebih tinggi.
Sementara itu, wanita yang pernah mengalami gangguan bipolar sebelum hamil, memiliki resiko tinggi untuk mengalami psikosis paska melahirkan, yang jauh lebih berbahaya daripada depresi, baik bagi ibu maupun bayinya.
Stress karena sebab apapun yang dikombinasikan dengan kurangnya dukungan emosional, moral, atau keuangan dan adanya anggota keluarga yang menderita psikosis atau depresi atau keduanya juga dapat meningkatkan resiko terjadinya depresi paska melahirkan.
Satu hal lain yang perlu diingat adalah bahwa depresi paska melahirkan merupakan suatu gangguan psikologis berat yang dapat berkembang menjadi psikosis. Oleh karena itu, jangan pernah mengabaikan berbagai gejala depresi di atas.
Wanita yang dianggap beresiko tinggi menderita depresi paska melahirkan adalah:
Wanita yang merupakan ibu tunggal
Wanita yang memiliki status sosial ekonomi bawah
Wanita yang tidak menginginkan kehamilannya
Ingin tahu informasi lebih lanjut mengenai topik ini? Tanya langsung ke dokter kami di fitur Tanya dokter sekarang.
Sumber: lifespan