27 Jul 2020 16:00 WIB
Hati-Hati Terkena Infeksi Necrotizing fasciitis
Hai sahabat! Tahukah kalian di dunia ini ada salah satu penyakit mengerikan, akibat perbuatan si bakteri jahat pemakan daging. Nama penyakit ini adalah necrotizing fasciitis, yang disebabkan oleh bakteri yang disebut strep grup A, atau Streptococcus pyogenes. Infeksi strep pemakan daging atau necrotizing fasciitis ini adalah infeksi langka yang jarang terjadi.
Necrotizing fasciitis adalah penyakit yang bisa diobati. Hanya strain bakteri langka tertentu yang dapat menyebabkan fasiitis nekrotikans, tetapi infeksi ini berkembang dengan cepat (agresif), sehingga harus cepat pula mencari perawatan medis, agar peluang untuk bertahan hidup semakin baik.
Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1783, di Negara Perancis. Dan terjadi dari waktu ke waktu, sepanjang abad ke 19 dan ke 20. Penyakit ini bekerja dengan durasi cepat dan menyebar dengan cepat, hingga menimbulkan peradangan dan nekrosis mulai dari fasia (jaringan ikat berbentuk lembaran berupa selaput, yang menyelimuti otot), otot dan lemak subkutan, dengan nekrosis berikutnya pada kulit di atasnya.
Mayoritas individu yang terinfeksi necrotizing fasciitis dimulai dengan infeksi yang ada (selulitis, abses, atau luka), paling sering pada ekstremitas atau di luka atau di lokasi bedah. Infeksi awal dapat berasal dari hampir semua penyebab (misalnya, luka pada kulit, luka tusuk, sayatan bedah, atau yang jarang terjadi seperti gigitan serangga (laba-laba, atau lalat menggigit). Dan gejala lainnya seperti:
Eritema (kemerahan) dan pembengkakan.
Sensitif terhadap rasa sakit, dan nyeri kulit dapat terjadi bahkan melewati area eritema.
Kehadiran rasa sakit yang hebat.
Demam dan menggigil.
Kelelahan.
Perubahan kulit yang progresif seperti ulserasi kulit dan pembentukan bula (lepuh berisi cairan berdinding tipis).
Perubahan warna kulit.
Bekas luka nekrotik (keropeng hitam).
Pembentukan gas di jaringan (yang dapat menghasilkan sensasi berderak di bawah kulit).
Pengeluaran cairan dan atau nanah dapat terjadi dengan cepat ketika infeksi berlanjut.
Beberapa pasien dapat menjadi septik (artinya infeksi telah menyebar ke aliran darah dan ke seluruh tubuh) sebelum perubahan kulit dikenali, terutama ketika penyakit pemakan daging dimulai pada bidang wajah yang dalam.
Syok septik (bakteremia, tekanan darah rendah, pernapasan cepat, status mental berubah).
Dan apa pencegahan dan pengobatan untuk necrotizing fasciitis?
Tidak ada cara pasti untuk mencegah infeksi Necrotising Fasciitis. Namun, kita dapat mengurangi risiko dengan praktik kebersihan dasar. Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan rawat luka apa pun, bahkan luka ringan dengan antiseptik. Jika kita sudah memiliki luka, rawatlah dengan baik. Ganti perban kita secara teratur atau ketika menjadi basah atau kotor. Jangan menempatkan diri kita dalam situasi di mana luka kita bisa terkontaminasi. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mendaftar bak air panas, pusaran air, dan kolam renang, ataupun air di permukaan pantai, sebagai contoh tempat yang harus kita hindari ketika kita memiliki luka.
Perawatan dengan antibiotik yang tepat sesegera mungkin sangat penting untuk infeksi dini. Antibiotik akan mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut ke jaringan sehat. Antibiotik terbatas karena kematian jaringan di tempat yang terinfeksi. Artinya adalah bahwa antibiotik tidak dapat dikirim ke lokasi yang terinfeksi karena jaringan yang mati menyebabkan kurangnya aliran darah, yang merupakan cara pemberian antibiotik. Dalam beberapa kasus, amputasi satu atau lebih anggota badan mungkin diperlukan untuk membantu menghentikan penyebaran infeksi. Proses pemulihan melibatkan terapi fisik yang diperpanjang, dan penyembuhan psikologis dan emosional jangka panjang. Luka terbuka yang besar biasanya membutuhkan pencangkokan kulit. Perawatan oksigen hiperbarik dapat menjadi terapi tambahan yang bermanfaat bagi orang-orang dengan luka besar dan terbuka.
Jadi sahabat! Necrotising Fasciitis memang berpotensi fatal, tetapi dengan perhatian medis segera, pasien dapat diobati dengan sukses.
Sumber : emedicine.medscape.com, www.healthline.com, www.webmd.com, www.medicalnewstoday.com, www.researchgate.net