Hai sahabat setia Dokter.ID! salam sehat untuk kita semua, hari ini kita akan membahas seputar serangan bakteri yang cukup mematikan jika tidak ditanggapi dengan cepat, yaitu penyakit Difteri. Apa itu penyakit Difteri? Kapan penyakit ini ditemukan? Untuk jelasnya mari kita bahas bersama yah! Dimulai dari histori singkatnya.
Difteri adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Difteri menyebabkan lapisan tebal di belakang tenggorokan. Ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas, gagal jantung, kelumpuhan, dan bahkan kematian.
Difteri pertama kali dideskripsikan oleh Hippocrates pada abad kelima SM, dan sepanjang sejarah difteri telah menjadi penyebab utama kematian, terutama di kalangan anak-anak. Bakteri difteri pertama kali diidentifikasi pada tahun 1880-an oleh F. Loeffler, dan antitoksin terhadap difteri kemudian dikembangkan pada tahun 1890-an. Pengembangan vaksin toksoid difteri pertama terjadi pada 1920-an, dan penggunaannya yang meluas menyebabkan penurunan dramatis difteri di seluruh dunia.
Difteri pernah menjadi penyebab utama penyakit dan kematian di antara anak-anak. Amerika Serikat mencatat 206.000 kasus difteri pada tahun 1921, yang mengakibatkan 15.520 kematian. Angka kematian difteri berkisar dari sekitar 20% untuk mereka yang berusia di bawah lima tahun dan di atas 40 tahun, hingga 5-10% untuk mereka yang berusia 5-40 tahun. Tingkat kematian kemungkinan lebih tinggi sebelum abad ke-20. Difteri adalah penyebab utama kematian ketiga pada anak-anak di Inggris dan Wales pada 1930-an.
Peneliti kesehatan menghasilkan vaksin toksoid difteri pertama pada 1920-an. Program vaksinasi telah menurunkan kejadian difteri di seluruh dunia, namun, ketika tingkat vaksinasi turun, tingkat infeksi difteri meningkat dan, kadang-kadang, wabah penyakit yang serius terjadi. Sebagai contoh, pada 1990-an, epidemi di Rusia menyebabkan sekitar 5.000 kematian menurut statistik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan dari 1993-2003, Latvia melaporkan 101 kematian akibat difteri.
Tanda-tanda difteri sering muncul dalam dua hingga lima hari sejak infeksi terjadi. Beberapa orang tidak mengalami gejala apa pun, sementara yang lain memiliki gejala ringan yang mirip dengan flu biasa. Namun gejala difteri yang paling terlihat dan umum adalah lapisan abu-abu yang tebal di tenggorokan dan amandel. Juga:
Gejala tambahan dapat terjadi ketika infeksi berkembang, termasuk:
Jika kita memiliki kebersihan yang buruk atau tinggal di daerah tropis, kita juga dapat mengembangkan difteri kulit. Difteri pada kulit biasanya menyebabkan bisul dan kemerahan di daerah yang terkena.
Ada beberapa cara Dokter mendiagnosa penyakit ini, yaitu dengan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa pembengkakan kelenjar getah bening, lapisan abu-abu di tenggorokan atau amandel kita, juga melalui konsultasi riwayat kesehatan kita dan gejala yang kita alami. Pengambilan sampel jaringan yang terkena untuk dicek (diuji) dilab juga dapat dilakukan.
Pencegahan untuk penyakit ini:
Difteri dapat dicegah dengan penggunaan antibiotik dan vaksin. Vaksin untuk difteri disebut DTaP. Biasanya diberikan dalam satu suntikan bersama dengan vaksin untuk pertusis dan tetanus. Vaksin DTaP diberikan dalam serangkaian lima suntikan. Itu diberikan kepada anak-anak pada usia berikut: 2 bulan; 4 bulan; 6 bulan; 15 hingga 18 bulan; 4 hingga 6 tahun.
Vaksin hanya bertahan selama 10 tahun, sehingga anak kita perlu divaksinasi lagi sekitar usia 12 tahun. Untuk orang dewasa, kita disarankan untuk mendapatkan suntikan booster diphtheria-tetanus-pertussis gabungan satu kali. Setiap 10 tahun sesudahnya, kita akan menerima vaksin tetanus-diphtheria (Td). Mengambil langkah-langkah ini dapat membantu mencegah kita atau anak kita terkena difteri di kemudian hari.
Perlu diingat kita semua bahwa Difteri adalah kondisi serius, jadi kita perlu sekali perawatan (pengobatan) yang cepat dan agresif.
Langkah pertama pengobatan adalah injeksi antitoksin. Ini digunakan untuk menetralkan racun yang diproduksi oleh bakteri. Dokter kita juga akan meresepkan antibiotik, seperti erythromycin atau penicillin, untuk membantu membersihkan infeksi. Selama perawatan, kita harus tinggal di rumah sakit sehingga kita dapat menghindari menularkan infeksi kepada orang lain.
Demikianlah pembahasan kita pada hari ini, pasti sangat membantu kita semua, dan ingat kuncinya agar tidak terserang penyakit ini kita ataupun anak kita harus melakukan vaksinani Difteri, salam sejahtera dan sampai jumpa!
Sumber : www.medicalnewstoday.com, ecdc.europa.eu, www.mayoclinic.org, www.healthline.com, www.historyofvaccines.org, www.historyofvaccines.org