Penggunaan obat anti depresi biasanya tidak dianjurkan pada wanita hamil, terutama bila kehamilan baru memasuki trimester pertama (0-12 minggu). Hal ini disebabkan oleh berbagai resiko yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, walaupun belum ada bukti pasti mengenai hal ini.
Berbagai resiko yang mungkin terjadi bila anda mengkonsumsi obat anti depresi saat hamil adalah:
• Keguguran
• Kelainan jantung bawaan pada bayi
• Terjadinya hipertensi pulmonal yang dapat membuat bayi kesulitan bernapas
Bila ibu hamil mengalami gangguan kesehatan jiwa tertentu atau mengalami depresi, maka dokter akan memeriksa apakah manfaat penggunaan obat anti depresi ini lebih besar daripada berbagai resiko yang mungkin terjadi sebelum memutuskan apakah anda tetap harus mengkonsumsi obat anti depresi atau tidak.
Menurut NHS, jika seorang wanita mengkonsumsi obat anti depresi untuk mengatasi gejala depresi ringan dan kemudian menjadi hamil atau berencana untuk hamil, maka penggunaan obat harus dihentikan secara bertahap.
Wanita ini kemudian harus diawasi untuk melihat efek dari penghentian obat anti depresi dan apa efek berbagai pengobatan alternatif yang dilakukan seperti olahraga, terapi perilaku dan kognitif, dan konseling.
Jika ternyata, anda tetap harus mengkonsumsi obat anti depresi selama kehamilan berlangsung, maka dokter biasanya akan menyarankan penggunaan obat anti depresi golongan SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor) seperti fluoxetine, citalopram, atau sertraline. Fluoxetine merupakan obat golongan SSRI yang memiliki resiko berbahaya terendah terhadap kehamilan.
Wanita yang membutuhkan terapi psikologis seperti konseling, harus mendapatkan terapi konseling ini dalam waktu 1 bulan setelah diagnosa ditegakkan. Setelah melahirkan, para wanita penderita depresi harus tetap melanjutkan pengobatannya (konsumsi obat anti depresi).
Sebagian besar obat anti depresi dapat ditemukan pada ASI dengan kadar yang bervariasi, akan tetapi apa efek obat ini terhadap bayi belum diketahui dengan pasti.
Sumber: webmd