Para ahli telah lama menduga bahwa cedera atau trauma pada kepala dapat meningkatkan resiko terjadinya Alzheimer di kemudian hari, akan tetapi belum ditemukan bukti kuat yang dapat mendukung dugaan ini.
Para peneliti di Amerika menemukan bahwa orang-orang dengan riwayat gegar otak ternyata lebih sering mengalami pembentukan plak di dalam otak (salah satu faktor resiko terjadinya Alzheimer) dan juga lebih sering mengalami gangguan daya ingat.
Akan tetapi, pada penelitian tersebut juga ditemukan orang dengan riwayat gegar otak yang tidak mengalami pembentukan plak amiloid di dalam otaknya maupun gangguan daya ingat.
Dengan perbedaan penemuan pada penderita gegar otak di atas, saat ini para peneliti sedang berusaha untuk menemukan mengapa beberapa orang lebih rentan terhadap pembentukan plak sementara yang lainnya tidak.
Para peneliti masih tidak mengetahui mengapa gegar otak dapat menyebabkan terjadinya gangguan daya ingat di kemudian hari atau apakah gegar otak benar-benar dapat menyebabkan terjadinya berbagai perubahan di dalam otak.
Sebuah penelitian lain yang dilakukan pada 589 orang yang berusia antara 70-80 tahun, di mana sekitar seperempatnya mengalami gangguan kognitif ringan, gangguan berpikir, dan gangguan daya ingat.
Penelitian ini menemukan bahwa sekitar 20% peserta memiliki riwayat gegar otak yang cukup parah, yaitu yang membuat mereka kehilangan kesadaran atau kehilangan ingatan sekitar 50 tahun lalu.
Penelitian ini menunjukkan bahwa gegar otak memang dapat meningkatkan resiko terjadinya Alzheimer walaupun tidak pada semua orang, namun belum ditemukan apa yang menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap Alzheimer daripada orang lainnya. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan penyebab ini.
Sumber: npr