Pada zaman modern di mana tuntutan pekerjaan menjadi semakin tinggi dan banyak keluarga terpisah akibat perceraian, resiko terjadinya gangguan kejiwaan pun akan semakin tinggi. Akan tetapi, tahukah Anda bahwa ternyata ada banyak sekali rumor atau mitos salah yang beredar mengenai berbagai gangguan kejiwaan saat ini? Di bawah ini Anda dapat melihat beberapa mitos salah mengenai gangguan kejiwaan yang sebaiknya berhenti Anda percayai.
Penderita Gangguan Jiwa Biasanya Kasar
Penderita gangguan kejiwaan biasanya akan mengalami berbagai gejala tidak menyenangkan, akan tetapi bukan berarti mereka pasti selalu lebih kasar daripada orang lain. Menurut berbagai penelitian, sebagian besar orang yang didiagnosa menderita gangguan kejiwaan tidak bersikap kasar.
Sikap kasar dan agresif penderita gangguan jiwa biasanya juga dipengaruhi oleh berbagai hal lain seperti riwayat keluarga, penyalahgunaan zat, dan status sosial ekonomi.
Depresi Selalu Berhubungan Dengan Tindakan Bunuh Diri
Menurut Scientific American, didiagnosa menderita depresi bukan berarti orang tersebut pasti memikirkan atau memiliki keinginan untuk bunuh diri. Walaupun depresi merupakan salah satu faktor yang membuat penderita ingin bunuh diri, akan tetapi ada banyak hal lain yang dapat mempengaruhi keputusan penderita, misalnya apakah mereka mengalami ketergantungan atau menderita gangguan mood lain atau pernah mencoba melakukan bunuh diri di masa lalu.
Selain itu, ada tidaknya keinginan untuk bunuh diri biasanya juga tergantung pada keparahan gejala penderita. Bila penderita hanya mengalami gejala ringan hingga sedang, maka penderita biasanya tidak akan memiliki keinginan untuk bunuh diri. Akan tetapi, perlu diingat bahwa depresi sedang dapat menjadi berat bila dibiarkan tanpa pengobatan.
Gangguan Jiwa Merupakan Penyakit Seumur Hidup
Memang benar bahwa sejumlah penderita harus hidup dengan gangguan kejiwaannya selama hidup mereka, akan tetapi, pada sejumlah kasus lainnya, gejala dapat hilang timbul atau bahkan menghilang.
Gangguan disforia premenstrual merupakan salah satu contoh gangguan kejiwaan yang berfluktuasi. Gangguan ini biasanya terjadi pada sejumlah wanita, di mana gejala biasanya timbul beberapa hari sebelum menstruasi mereka dimulai. Penderita biasanya akan mengalami gangguan mood beberapa hari sebelum menstruasi hingga menstruasi dimulai. Gejala kemudian akan menghilang hingga siklus menstruasi berikutnya dimulai.
Selain itu, sebuah penelitian yang dilakukan oleh the University of Missouri-Columbia menemukan bahwa orang dewasa yang menderita gangguan Bipolar dan berusia antara 18-25 tahun akan mengalami kesembuhan saat mereka berusia 30 tahun. Para ahli menduga hal ini dikarenakan korteks prefrontal otak baru tumbuh sempurna saat seseorang berusia 25 tahun.
Gangguan Kejiwaan Hanya Dapat Diatasi Dengan Obat-obatan dan Terapi
Kombinasi antara terapi dan obat-obatan diketahui sebagai pengobatan terbaik untuk mengatasi gangguan kejiwaan. Akan tetapi, pada beberapa kasus, terapi dianggap lebih baik daripada obat-obatan untuk mengatasi gangguan kejiwaan.
Hanya Orang Dewasa yang Dapat Menderita Gangguan Kejiwaan
Gangguan kejiwaan tidak hanya mengenai orang dewasa, anak-anak pun dapat mengalaminya. Anak-anak lebih beresiko untuk menderita gangguan cemas, gangguan perilaku, gangguan perkembangan, gangguan makan, dan gangguan mood. Pada beberapa kasus, anak-anak bahkan dapat menderita lebih dari 1 gangguan kejiwaan.
Baca juga: Pengobatan Penyakit Jiwa Paling Mengerikan di Dunia Part I
Sebagian Besar Gangguan Kejiwaan Dapat Membaik Dengan Sendirinya
Karena banyak gangguan kejiwaan yang hanya menunjukkan sedikit gejala, banyak orang mengira bahwa gangguan kejiwaan ini dapat membaik dengan sendirinya tanpa pengobatan. Akan tetapi, seperti halnya penyakit lainnya, gangguan kejiwaan juga membutuhkan pengobatan yang tepat dari seorang dokter.
Terapi Listrik Sangat Menyakitkan dan Tidak Manusiawi
Jika Anda hanya pernah melihat terapi listrik dari film, maka apa yang Anda lihat jauh lebih menakutkan daripada prosedur yang sebenarnya. Berbeda dengan anggapan negatif banyak orang, terapi listrik sebenarnya sangat bermanfaat untuk mengatasi gangguan kejiwaan berat.
Terapi ini biasanya dilakukan saat obat-obatan atau terapi lainnya tidak dapat mengatasi gejala. Penderita yang biasanya dianjurkan untuk melakukan terapi listrik adalah penderita depresi berat atau depresi dengan psikosis, mania berat, dan katatonia (salah satu gejala skizofrenia).
Kecanduan Adalah Perilaku yang Disadari
Banyak orang bingung melihat kelakukan para pecandu, di mana mereka terus saja melakukan tindakan berbahaya bahkan setelah mengetahui dampak buruknya terhadap kehidupan mereka. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kecanduan sebenarnya juga merupakan suatu gangguan kejiwaan.
Hal ini dikarenakan kecanduan pada obat-obatan dapat menyebabkan perubahan di dalam otak, yang membuat penderita tidak lagi dapat menentukan prioritas hidup mereka dengan baik dan membuat mereka terus saja menggunakan zat-zat terlarang tersebut serta tidak mencari pertolongan medis.
Walaupun pertama kali mencoba memang adalah pilihan sadar penderita, akan tetapi perilaku kecanduan sendiri sebenarnya bukanlah pilihan penderita. Berbagai penelitian telah menemukan bahwa kecanduan dapat mengubah bagian otak yang berfungsi untuk mengambil keputusan, menilai, belajar, dan daya ingat.
Stress Merupakan Penyebab Utama Gangguan Kejiwaan
Stress memang dapat menyebabkan dampak serius pada tubuh Anda, baik secara fisik maupun mental. Walaupun memang benar bahwa stress dapat menyebabkan terjadinya gangguan kejiwaan tertentu, akan tetapi biasanya ada hal lain yang menjadi penyebabnya, bukan hanya stress.
Selain lingkungan, faktor genetika tampaknya juga turut berperan dalam terjadinya gangguan kejiwaan. Hal ini bukan berarti Anda pasti akan menderita depresi karena ibu Anda mengalaminya. Akan tetapi, para ahli menduga bahwa hal ini dapat membuat Anda lebih rentan terhadap berbagai gangguan kejiwaan.
Remaja Memiliki Resiko Bunuh Diri yang Tertinggi
Menurut penelitian, resiko bunuh diri justru akan semakin meningkat seiring dengan semakin bertambahnya usia Anda. Para ahli menyatakan bahwa orang lanjut usia memiliki resiko bunuh diri yang lebih tinggi daripada remaja dan orang dewasa muda karena mereka lebih jarang memiliki interaksi sosial dan sudah mengalami trauma kehilangan orang-orang tercinta seperti pasangan dan teman-temannya.
Ingin tahu informasi lebih lanjut mengenai topik ini? Tanya langsung ke dokter kami di fitur Tanya dokter sekarang.
Sumber: cheatsheet