Eksim merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi dan menyerang 30% orang di Amerika. Gejala mencakup kulit yang kering, gatal dan munculnya ruam. Tetapi menurut penelitian terbaru ternyata eksim tidak berpengaruh terlalu buruk karena eksim dapat menurunkan resiko terjadinya kanker kulit.
Studi yang dipublikasikan dijurnal eLife ini menyimpulkan bahwa eksim atau yang dikenal dengan terjadinya dermatitis atopik dapat mengaktifkan suatu respon imunitas yang berpotensial dapat mencegah timbulnya sel kanker dan tumor.
Menurut tim peneliti, terjadinya eksim dapat menurunkan resiko terjadinya kanker. Tetapi mereka mencatat bahwa studi ini sulit dibuktikan dengan manusia karena pengobatan eksim dapat mempengaruhi resiko kanker. Lebih jauh lagi, gejala dan kondisi beratnya penyakit dapat berbeda pada tiap-tiap individu.
Eksim dapat menurunkan pembentukan tumor pada tikus percobaan
Untuk penelitian ini, tim peneliti menggunakan tikus yang sudah dimodifikasi secara genetik untuk mengalami eksim seperti yang dialami oleh manusia. Para peneliti melakukan hal tersebut dengan mengubah struktur protein yang ada diluar kulit tikus yang menyebabkan tikus tersebut memiliki berrier kulit yang abnormal.
Para peneliti kemudian menguji dua jenis kanker menggunakan bahan kimia pada tikus yang sudah diubah secara genetik itu. Tes tersebut juga dilakukan dengan tikus normal.
Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa walaupun kedua jenis tikus ini memiliki kemungkinan mutasi yang sama karena disebabkan oleh bahan kimia tersebut, tetapi tikus yang sudah mengalami perubahan genetik memiliki respon inflamasi yang menyebabkan sel kanker potensial tidak berkembang di kulit.
Kanker kulit merupakan penyebab kanker nomor enam terbanyak di Amerika dan menyerang dua juta orang setiap tahunnya.
Menurut the American Academy of Dermatology, angka kejadian dari melanoma kanker (bentuk kanker paling awal sebelum menyebar ke seluruh tubuh) terus meningkat selama 30 tahun belakangan ini. Kini sebanyak satu dari limapuluh orang di Amerika memiliki resiko terkena kanker.
Sumber: medicaltoday